Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Warga Kelola Sumber Daya, Kepala Desa Jebak Ajukan Penutupan ke Polda: Ketika Kepentingan Berhadapan dengan Rakyat

Kamis, 19 Juni 2025 | 13:12 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-19T06:12:23Z

Batang Hari, Jambi – Desa Jebak, yang terletak di Kabupaten Batang Hari, selama ini dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam, khususnya dari sektor pertambangan rakyat. Aktivitas tambang yang dikelola langsung oleh warga telah menjadi sumber penghidupan utama sebagian besar masyarakat desa. Namun, ketenangan yang selama ini menyelimuti desa kini terusik oleh gejolak kepentingan.


Dalam sebuah langkah mengejutkan, Kepala Desa Jebak—bersama Sekretaris Desa—melayangkan surat resmi kepada Kepolisian Daerah (Polda) Jambi. Isi surat tersebut meminta agar seluruh aktivitas tambang yang dikelola oleh masyarakat segera ditutup., Namun sejumlah sumber menyebutkan bahwa langkah tersebut bukan murni demi penertiban, melainkan dilatarbelakangi persoalan internal terkait pembagian fee desa.


Menurut informasi dari salah satu warga yang enggan disebutkan namanya, masyarakat adat Desa Jebak sejak lama telah memberikan mandat kepada dua orang perwakilan untuk mengelola dan mengatur fee desa yang berasal dari aktivitas pertambangan. 



“Sudah ada orang yang ditunjuk mewakili desa untuk urusan fee. Diduga karena merasa punya kuasa, kades dan sekretaris masuk ikut ambil bagian. Mereka tidak pernah terbuka, tidak mau berbagi. Sekarang karena takut ketahuan atau sudah banyak suara sumbang, mereka malah mau tutup tambang rakyat,” ujar warga tersebut.

Langkah kepala desa mengajukan penutupan tambang justru memantik kecurigaan. Banyak yang menilai tindakan itu sebagai bentuk pembungkaman terhadap warga yang mulai mempertanyakan ke mana aliran fee desa selama ini mengalir.


Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, kepala Desa Jebak belum memberikan statement. Di waktu berbeda sekretaris Desa Jebak m.nuh Melalui sambungan Watshaap dan wawancara justru mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh lembaga adat tidak di ketahui oleh Desa murni itu adalah keputusan adat sendiri ungkap nya kepada media ini.


Di sisi lain, warga Desa Jebak mulai menyuarakan kekecewaan. Mereka menyatakan akan terus mempertahankan hak atas pengelolaan sumber daya alam yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi keluarga mereka.


“Kalau niatnya baik, kenapa harus diam-diam? Kalau demi desa, kenapa masyarakat tidak diajak bicara? Jangan karena segelintir orang serakah, hidup kami jadi taruhannya,” ungkap seorang tokoh muda desa.


Situasi di Desa Jebak kini tengah berada di ujung konflik. Antara kepentingan kuasa dengan suara rakyat, antara adat yang dilanggar dan penghidupan yang terancam. Warga berharap pihak berwenang dapat bersikap adil dan bijaksana dalam menyikapi persoalan ini, agar Desa Jebak tak berubah menjadi desa yang terjebak—oleh kepentingan para pemimpinnya sendiri.(TIM)